KEARIFAN LOKAL BADU: KONSERVASI BERBASIS MASYARAKAT

(KASUS EKOSISTEM PESISIR DAN LAUT DI DESA WATODIRI KECAMATAN ILE APE, KABUPATEN LEMBATA)

Authors

  • Felix Mada Matarau Program Studi Agribisnis, Universitas Terbuka, Kota Tangerang Selatan
  • Donwill Panggabean Program Studi Magister Manajemen Perikanan, Universitas Terbuka, Kota Tangerang Selatan

Keywords:

kearifan lokal, Badu, ekosistem pesisir dan laut

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat kearifan lokal (local wisdom) Badu yang dimiliki
masyarakat Desa Watodiri, Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata. Tujuan khususnya adalah: 1) menggambarkan kerentanan ekosistem pesisir dan laut yang mendorong perlunya dikembangkan kearifan lokal di Desa Watodiri; 2) menjelaskan bagaimana kearifan lokal Badu dapat digunakan sebagai pelindung kawasan perairan dan pesisir untuk keberlanjutan sumber daya. Badu atau biasa juga disebut Muro merupakan larangan untuk memasuki wilayah tertentu dengan menggunakan sistem buka tutup melalui sumpah adat di tempat sakral yang disebut Namang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei–1 Juni 2024, menggunakan metode campuran (mixed method). Teknik sampling terdiri dari dua tahap, yaitu: 1) proportional Stratified Random Sampling untuk menentukan desa yang memiliki kawasan perlindungan (Badu); 2) sampel purposif untuk menentukan key person yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Analisis terhadap kerentanan ekosistem pesisir dan laut dilakukan dengan menganalisis perubahan luasan mangrove pada tahun 2003, 2013 dan 2023 melalui citra satelit lansat 8, dan selanjutnya dengan penghitungan indeks kerusakan mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) adanya kerentanan pada ekosistem pesisir laut yang dapat dilihat dari menurunnya luasan mangrove dari tahun 2003 hingga tahun 2013, namun kembali meningkat pada tahun 2023 setelah adanya kesepakatan adat tentang kawasan Badu; 2) pengelolaan kawasan Badu melalui pendekatan co-manajemen membagi tugas, berwenang dan tanggung jawab masing-masing secara jelas dan tegas. Model RASCI membantu melibatkan keterlibatan semua aktor pada tahap pra-implementasi, tahap implementasi dan pasca-implementasi; 3) analisis keingintahuan suatu kawasan Badu dari dimensi ekologi, ekonomi, teknologi, sosial dan etik menunjukkan adanya keinginan berkategori baik berdasarkan analisis multidimensi. Hasil analisis MDS terhadap lima dimensi menunjukkan bahwa indeks pariwisata dimensi ekonomi berkategori cukup (71,28%), sedangkan dimensi ekologi, teknologi, sosial dan etik berada lebih besar 75% sehingga berkategori baik. Kearifan lokal Badu merupakan satu model konservasi berbasis kearifan lokal yang perlu dikembangkan karena dapat mengendalikan pemanfaatan ruang dan sumber daya alam ekosistem pesisir dan laut.

Downloads

Published

2024-08-31