PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DENGAN BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG PULUT SEBAGAI PENGGANTI KARBOHIDRAT BAGI PENDERITA DIABETES DAN BERGUNA UNTUK PAKAN TERNAK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENGHASILAN EKONOMI PADA MASYARAKAT DESA MLOPOHARJO, KECAMATAN WURYANTORO, KABUPATEN WONOGIRI
Keywords:
Jagung Pulut, Budidaya, Penderita Diabetes, Pakan Ternak, Peningkatan PerekonomianAbstract
Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan di Desa Mlopoharjo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Rata-rata mata pencaharian masyarakat Kecamatan Wuryantoro adalah Petani dan Peternak. Berdasarkan data badan pusat statistik diperoleh data jumlah lahan produktif yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan Wuryantoro berupa sawah sebesar 60 % sisanya lahan digunakan untuk pekarangan, perkebunan dan sebagainya. Dengan mengandalkan pencaharian utama sebagai petani dan rata-rata menempuh pendidikan hanya hingga SMP-SMA. Dengan kondisi ini, kami Tim Abdimas UT Surakarta mencoba mengurai persoalan dengan berupaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan budidaya tanaman selain padi dan bermanfaat untuk warga masyarakat dengan memanfaatkan lahan masyarakat yang belum dimanfaatkan. Pertimbangan dan alasan dipilihnya jagung pulut yang pertama adalah cara budidaya yang mudah dan mempunyai manfaat yang bagus untuk masyarakat umum terutama untuk penderita diabetes, budidaya tanaman jagung pulut saat ini juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga akan membantu masyarakat untuk bisa memperoleh penghasilan tambahan selain dari pengolahan sawah. Kemudian Jagung pulut merupakan salah satu jenis jagung yang memiliki karakter spesial yaitu pulut/ketan karena jagung tersebut lengket dan pulen seperti ketan ketika di rebus (kandungan amilopektin tinggi). Daya cerna jagung pulut lebih rendah dibanding varietas jagung nonketan. Komposisi tersebut dapat membantu penderita diabetes pengganti karbohidrat tapi tidak tercerna sempurna menjadi glukosa. Selain itu kontur tanah dan letak geografis habitat tumbuhnya jagung pulut yang sesuai dengan ketinggian wilayah Wuryantoro. Tongkol Jagung Pulut dapat dipanen setelah 4 bulan setelah tanam. Budidaya tanaman jagung pulut sama seperti jagung lainnya. Selain itu jagung pulut memiliki kandungan amilopektin yang tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti domba dan sapi dimana dengan menggunakan jagung pulut dapat meningkatkan bobot binatang ternak hingga mencapai 20%. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk memberikan penyuluhan, pengetahuan dan keterampilan budidaya tanaman jagung pulut di lahan pekarangan warga masyarakat kecamatan Wuryantoro yang belum dimanfaatkan secara penuh. Hasil panen jagung pulut selain dikonsumsi pribadi warga penderita diabetes dikemas oleh warga untuk peningkatan penghasilan ekonomi warga sekitar dan bermanfaat untuk pakan ternak. Maka sekitar ribuan bibit jagung pulut diberikan kepada warga masyarakat Wuryantoro untuk ditanam, dirawat sampai dipanen sehingga memiliki nilai jual, dapat dikemas sehingga warga masyarakat Wuryantoro mampu memasarkan produk sampai ke pasar konsumen dan sehingga mampu meningkatkan perekonomian warga masyarakat sekitar.
References
Cahyono, D. 1995. Kultur Jaringan. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Jagung. Jurusan Budidaya Pertanian,. Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran. Bandung
Nurwati, N., Surtinah,dan Masykur, A. (2015). Analisis Pemanfaatan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(2), 1-8.
Noorsya, A. O., & Iwan Kustiwan. (2022). Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan untuk Mewujudkan Kawasan Perkotaan Bandung yang Berkelanjutan. Bandung.
Paeru, Rh, Dewi Tq. 2017. Panduan praktis budidaya jagung. Jakarta : Penebar Swadaya Sampellilling, S., Sitorus, S. R. P., Nurisyah, S., & Pramudya, B. (2012). Pengembangan
Pertanian Kota Berkelanjutan Studi Kasus di DKI Jakarta. J. Analisis Kebijakan Pertanian, 10(3), 257–267.
Satuhu & Supriadi. 1990. Teknik Kultur in Vitro Dalam Holikultur. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Wattimena. 1992. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi Insitut Pertanian. Bogor.